Flek BUKAN Haid
Assalamualaikum.
Saya ingin menanyakan, apabila pada waktu mau masuknya waktu zuhur, ada keluar flek haid (dan saya meninggalkan sholat zuhur); tapi pada waktu masuknya waktu ashar tidak ada flek lagi, apakah saya boleh sholat ashar? Atau seharusnya saya tidak boleh meninggalkan sholat zuhur tsb ?
Dari: Ria
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Mayoritas ulama, diantaranya syafiiyah dan hambali menegaskan bahwa batas minimal haid adalah sehari semalam. Jika darah yang keluar kurang dari 24 jam, tidak terhitung haid. Sehingga flek sekali – dua kali, tidak terhitung sebagai haid.
An-Nawawi as-Syafii menyatakan,
نص الشافعي رحمه الله في العدد أن أقله يوم ، ونص في باب الحيض من مختصر المزني وفي عامة كتبه أقله يوم وليلة
Imam as-Syafii rahimahullah menegaskan tentang bilangan haid, bahwa batas minimal haid adalah sehari. Kemudian ditegaskan pula dalam Bab Haid, di Mukhtashar al-Muzanni dan di umumnya karya beliau, bahwa batas minimal haid adalah sehari semalam. (al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 2/375).
Ibnu Qudamah al-Hambali juga menegaskan,
وأقل الحيض: يوم وليلة، وأكثره خمسة عشر يوما. هذا الصحيح من مذهب أبي عبد الله، وقال الخلال: مذهب أبي عبد الله لا اختلاف فيه، أن أقل الحيض يوم
Batas minimal haid adalah sehari semalam. Batas maksimal 15 hari. Inilah pendapat yang kuat dalam madzhab Abu Abdillah (Imam Ahmad). Al-Khalal mengatakan, Pendapat Abu Abdillah (Imam Ahmad), yang tidak ada perselisihan di dalamnya bahwa minimal haid adalah satu hari. (al-Mughni, 1/224).
Pendapat ini berdalil dengan riwayat dari seorang tabiin, Atha bin Abi Rabah yang diriwayatkan oleh Bukhari secara muallaq.
وَقَالَ عَطَاءٌ: الحَيْضُ يَوْمٌ إِلَى خَمْسَ عَشْرَةَ
Atha mengatakan, ”Haid minimal sehari hingga 15 hari.” (HR. Bukhari secara muallaq).
Kemudian, terdapat riwayat dalam Mushannaf Ibn Abi Syaibah, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
إِذَا رَأَتِ الْمَرْأَةُ بَعْدَ مَا تَطْهُرُ مِنَ الْحَيْضِ مِثْلَ غُسَالَةِ اللَّحْمِ، أَوْ قَطْرَةِ الرُّعَافِ، أَوْ فَوْقَ ذَلِكَ أَوْ دُونَ ذَلِكَ، فَلْتَنْضَحْ بِالْمَاءِ، ثُمَّ لِتَتَوَضَّأْ وَلْتُصَلِّ وَلَا تَغْتَسِلْ، إِلَّا أَنْ تَرَى دَمًا غَلِيظًا
“Apabila seorang wanita setelah suci dari haid, dia melihat seperti air cucian daging, atau flek, atau lebih kuran seperti itu, hendaknya dia cuci dengan air, kemudian wudhu dan boleh shalat tanpa harus mandi. Kecuali jika dia melihat darah kental.” (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 994)
Keterangan:
- Makna ‘air cucian daging’ (Ghusalah Lahm) adalah warna darah merah pucat, layaknya air cucian daging.
- Flek atau darah yang keluar statusnya najis, dan membatalkan wudhu. Karena itu, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu memerintahkan agar dicuci dan berwudhu jika hendak shalat.
Berdasarkan keterangan di atas, flek atau darah yang keluar hanya beberapa saat, kurang dari sehari, tidak terhitung haid.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembinawww.KonsultasiSyariah.com)
Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- SPONSOR hubungi: 081 326 333 328
- DONASI hubungi: 087 882 888 727
- Donasi dapat disalurkan ke rekening: 4564807232 (BCA) / 7051601496 (Syariah Mandiri) / 1370006372474 (Mandiri). a.n. Hendri Syahrial
- Keterangan lebih lengkap: Peluang Menjadi Sponsor dan Donatur
🔍 Syarat Tahajud, Golput Dalam Islam, Keistimewaan Anak Perempuan, Menunda Sholat, Kultum Agama Islam, Kajian Di Istiqlal